Ruanguntuk saling berbagi informasi, masalah dan solusi, bagi mahasiswa. Ikuti. 34,7 rb 34,7 rb. Lalu bagaimana bila pengalaman organisasi dan prestasi masih terbatas? Begini solusinya, Usahakan mencantumkan seluruh pengalaman dan prestasi saat SMA. Walaupun terbatas, silahkan dicantumkan semua karena bagian ini sangat penting untuk CV. Bagikan Pengertian Masalah Sosial – Dalam berkehidupan bermasyarakat, tentu saja ada berbagai permasalahan sosial yang terjadi akibat perubahan atau perkembangan zaman dan berbagai faktor lainnya. Dalam proses perubahan tersebut, wajar bila timbul permasalahan sosial. Tapi sayangnya, setiap orang menyikapi permasalahan sosial dengan sikap Padahari Rabu tanggal 22 November tahun 2017 bertempat di aula pertanian dalam rangka Ulang Tahun Faperta Unila ke-44 tahun 2017. Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) Program Studi Magister (S2) Agribisnis mengadakan acara Workshop pada tema Wiratani Muda Keren “Masalah dan Solusinya”.Dalam pembukaan dan sambutan acara, Dekan Fakultas 1 Penyakit psikis sebelum masa pandemi COVID-19. Banyak mahasiswa yang memiliki penyakit psikis. Terlebih dengan adanya virus Corona semakin membuat hal ini bisa berdampak pada gejala gangguan kecemasan. "Sebenarnya cukup banyak mahasiswa yang sebelumnya sudah memiliki depresi dan kecenderungan bunuh diri," kata Diana. 2. Berdasarkankajian dari berbagai literatur, perilaku agresi dapat diartikan sebagai tindakan yang diniatkan untuk menyakiti atau melukai orang lain, baik yang secara fisik, verbal, maupun psikis (Taylor, Peplau & O’sears, 2009). Perilaku agresi indektik dengan kekerasan, baik fisik maupun psikis. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 9Masalah Yang Sering Dialami Oleh Mahasiswa Ketika Kuliah. Menyandang status mahasiswa ternyata tidak selamanya enak. Akan ada banyak masalah-masalah yang harus dihadapi dimasa kuliah. Setiap mahasiswa pasti pernah merasakannya, tidak terkecuali bagi kamu yang membaca tulisan ini. Jika saat ini kamu belum kuliah, mungkin nanti saat berstatus . Ilustrasi mahasiswa belajar KalderaNews/Ist JAKARTA, – Mahasiswa merupakan pelajar tingkat tertinggi. Pelajar SMP dan SMA pasti telah lama mengidam-idamkan menjadi mahasiswa. Namun, setelah menjadi mahasiswa bukan berarti tidak mengalami masalah. Menjadi mahasiswa tidak selalu mudah. Selalu ada saja tantangan dan masalah yang akan muncul di dunia perkuliahan. Permasalahan ini yang biasanya dapat menghambat masa studi di perguruan tinggi. BACA JUGA 5 Tips Atur Keuangan Jitu untuk Mahasiswa Boros Tips Tetap Sehat di Musim Hujan buat Anak Sekolah dan Mahasiswa Ternyata Ini Rahasia Semangat Belajar Anti Kendor Buat Pelajar dan Mahasiswa Tip Sederhana Kuliah Hybrid yang Harus Diketahui Mahasiswa Generasi Pandemi Tidak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya. Selama kamu masih optimis, solusi dari permasalahanmu pasti selalu ada. Inilah 7 masalah yang sering dihadapi mahasiswa beserta alternatife solusinya. Cekidot, gaes! Konflik batin dengan dosen Masalah satu ini banyak dialami oleh mahasiswa. Konflik ini akan meningkat kejadiannya saat telah masuk ke penulisan skripsi. Agar masalah ini tidak runcing, usahakan untuk membangun komunikasi yang baik dengan dosen dan pastikan kamu dapat menempatkan diri dengan baik saat berkomunikasi dengan para dosen tersebut. Masalah waktu Banyaknya kegiatan yang diikuti, tidak jarang perihal mengatur waktu menjadi sebuah masalah tersendiri bagi mahasiswa. Kesulitan yang dihadapi adalah tidak dapat memilih prioritas kegiatan, akibatnya banyak hal yag harus dikorbankan. Agar tidak terjebak pada permasalahan ini, kamu harus benar-benar membuat skala prioritas, ya. Buatlah tingkat urgensi dari pemasalahan ini, agar kamu tidak terjebak dalam kesulitan mengatur waktu. Masalah keuangan Masalah keuangan juga kerap melanda mahasiswa. Kehabisan uang saku menjelang akhir bukan menjadi masalah yang umum terjadi. Solusi yang dapat kamu lakukan adalah membuat pos-pos keuangan saat awal bulan atau saat kiriman dari orang tua baru datang. Selain itu, kamu dapat juga mencoba mencari pekerjaan paruh waktu yang dapat kamu kerjakan di sela-sela waktu kuliah. Nilai turun Permasalahan ini pasti meresahkan. Nilai yang terus menerus turun pasti akan membuat semangat kendur. Untuk mengatasi hal ini, coba ubah cara belajarmu dan lakukan sengan rutin. Pastikan kamu belajar dengan efektif. Emosi tak terkendali hingga depresi Hati-hati dengan masalah satu ini. Karena bila kamu tidak dapat menahan emosi, bisa fatal akibatnya. Banyak hal yang memang memicu emosi, tetapi tidak semua hal harus dilampiaskan melalui emosi. Carilah teman yang dapat kamu ajak berbagi cerita agar emosimu tidak meluap. Stres pada mahasiswa itu juga wajar. Namun, jangan sampai kewajaran ini dianggap biasa saja dan dibiarkan. Karena akan berkembang menjadi depresi. Depresi yang berkepanjangan tentu akan mengganggu perkuliahan mu. Pastikan setiap stresmu tertangani dengan baik agar tidak menjadi depresi, ya. Adaptasi lingkungan Memasuki dunia perguruan tinggi memang berbeda dengan dunia sekolah. Selain adaptasi dengan dengan suasana baru, adaptasi dengan kebiasaan, pola belajar, dosen , teman yang beragam, seorang mahasiswa juga perlu beradaptasi dengan dirinya sendiri mengenai berjal bertanggung jawab atas dirinya sendiri, ramah di pergaulan tetapi tetap menjaga dari arus negatif lingkungan. Deadline tugas dan kuis dadakan Dunia perkuliahan merupakan latihan menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Maka setiap tugas dan tantangan dari dosen harus dianggap sebagai proses penempaan diri. Bila terbiasa dengan kebiasaan ini, kamu akan siap menghadapi dunia kerja yang keras. Dari tujuh masalah yang sering terjadi pada mahasiswa itu, kira-kira mana yang dapat mengancammu kelak bila telah masuk ke dunia perguruan tinggi? Lakukan persiapan dengan baik dan antisipasi dengan cermat ya. Good luck! Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News *Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan Silakan hubungi WA 0812 8027 7190 atau email kalderanews Home Gen News Sabtu, 24 Oktober 2020 - 1305 WIBloading... Mahasiswa baru sering kesulitan beradaptasi dengan kehidupan kampus karena minimnya pengetahuan tentang hal tersebut. Foto/Stock Photo A A A JAKARTA - Sebagai mahasiswa baru, tentu butuh banyak beradaptasi. Nah, berikut masalah yang sering dialami dan solusinya menurut Kasyfiyullah, dosen jurusan Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah PERUBAHAN CARA BERPIKIRFoto ShutterstockSaat masih sekolah, siswa tinggal mengikuti aturan yang ada, sementara saat menjadi mahasiswa harus mandiri memilih mata kuliah yang diinginkan. Solusinya, cari tahu minat diri. Bisa juga berkonsultasi dengan kakak tingkat. Juga seharusnya ada pembekalan masa kuliah saat seseorang masih di bangku PERUBAHAN PERGAULAN/BUDAYAFoto FreepikPergaulan mahasiswa yang berbeda dengan masa sekolah sering membuat mahasiswa baru kaget, apalagi bagi anak rantau. Ini bisa diatasi dengan cepat beradaptasi dan memperluas pergaulan dengan mengikuti berbagai acara untuk menambah teman. Baca Juga 3. PERALIHAN IDENTITAS DIRIFoto ShutterstockIdentitas atau penampilan saat menjadi mahasiswa suka bikin galau. Nah, yang bisa dilakukan adalah kembali melihat minat dan citra diri, sosok seperti apa yang mau kamu tampilkan saat di kampus. Baca Juga 4. TIDAK TAHU CARA MENEMPATKAN DIRIFoto PexelsMahasiswa baru masih bingung tentang kegiatan sebagai mahasiswa, apakah ingin aktif di organisasi kampus atau tidak. Untuk masalah ini, bisa berkonsultasi dengan kakak FebrianaUIN Syarif Hidayatullah Jakartait kampus mahasiswa baru masalah mahasiswa baru kampus dan universitas Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 4 jam yang lalu 6 jam yang lalu 8 jam yang lalu 9 jam yang lalu 11 jam yang lalu 12 jam yang lalu Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Masalah yang dialami mahasiswa baru adalah banyak dan beragam. Bagi banyak mahasiswa, masuk ke universitas adalah pengalaman baru yang menarik namun juga menantang. Mereka harus belajar cara beradaptasi terhadap lingkungan baru dan menghadapi tantangan akademis yang satu masalah yang paling umum dialami oleh mahasiswa baru adalah masalah akademis. Mereka sering merasa bingung atau takut bahwa mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan oleh universitas. Mereka juga merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik yang berbeda - kurikulum, sistem penilaian, dan finansial juga menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak mahasiswa baru. Biaya pendidikan mahal dan mahasiswa sering merasa sulit untuk mencari sumber dana yang cukup untuk menutupi biaya-biaya akademik mereka. Ini bisa menyebabkan tekanan finansial yang signifikan bagi mahasiswa dan dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Masalah lain yang dihadapi oleh mahasiswa baru adalah lebih sulit untuk menikmati kehidupan sosial yang sehat. Mereka sering merasa kesepian atau merasa tertinggal di lingkungan baru. Mereka juga bisa mengalami masalah emosional atau mental akibat kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Mahasiswa baru juga harus berhadapan dengan masalah teknis. Mereka harus memahami cara kerja teknis berbagai sistem yang ada di universitas, seperti sistem pembayaran, sistem pendaftaran, dan lainnya. Ini bisa menjadi luar biasa menantang bagi mahasiswa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa baru bervariasi. Masalah akademis, keuangan, sosial, dan teknis semuanya menimbulkan tantangan yang berbeda bagi mahasiswa, namun semuanya dapat diatasi dengan cara mengambil pendekatan yang tepat dan terus berusaha. Lihat Lyfe Selengkapnya – Apakah kalian mahasiswa pernah mengalami sudah bayar SPP tapi kenyataannya belum tercatat telah membayar? Seperti itulah salah satu masalah yang terjadi ketika perguruan tinggi tidak memiliki SIAKAD kampus. Sistem informasi akademik SIAKAD kampus merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mengelola perguruan tinggi, baik itu PT besar maupun kecil sekalipun. Faktanya, keberadaan teknologi informasi untuk mengelola data kampus sangat diperlukan mengingat banyaknya data mulai dari proses registrasi masuk hingga proses perkuliahan yang bisa ditangani oleh sistem informasi. Walaupun kita sudah tahu bahwa peran sistem informasi begitu penting untuk sebuah perguruan tinggi, namun beberapa civitas kampus masih memilih untuk mengelola data yang ada secara manual, salah satu permasalahannya adalah kurangnya alokasi dana. Pengelolaan data kampus secara manual atau konvensional bukan hanya berdampak pada pihak perguruan tinggi seperti adanya indikasi human error pada pengelolaan data, tetapi juga berdampak langsung pada mahasiswa, ini harus jadi perhatian pihak kampus. Inilah 10 problem yang dialami mahasiswa ketika kampus tidak memiliki sistem informasi akademik kampus 1. Ribet Saat Proses Registrasi dan Pembayaran Awal Ketika melakukan pembayaran atau registrasi ulang di kampus baru, akan melewati berbagai macam proses yang begitu ribet, seperti pengisian biodata diri, dan juga antri di loket pembayaran kampus. Namun akan berbeda jika kampus telah menggunakan sistem informasi akademik yang telah terintegrasi dengan sistem pembayaran online seperti SEVIMAPay, bisa dipastikan masalah diatas tidak akan terjadi. 2. Masalah Pengumuman Tes Membutuhkan Waktu yang Lama Seusai ujian masuk, jika proses tes ujian masuk di kampus tempat mendaftar menggunakan metode tes dengan cara manual, setidaknya membutuhkan waktu minimal satu minggu untuk memastikan apakah mahasiswa diterima atau tidak di kampus idaman mereka. Berbeda jika di kampus telah menerapkan sistem Computer Basesd Test CBT, dengan CBT pengumuman kamu diterima atau tidak bisa lebih cepat, bahkan bisa ketahuan hari itu juga, apalagi CBT sudah terintegrasi dengan SIAKAD. 3. Masalah Kesalahan Dalam Catatan Pembayaran Apakah kalian mahasiswa pernah mengalami sudah bayar SPP tapi kenyataannya belum tercatat telah membayar? Atau kuliah hingga semester akhir tapi tidak sekalipun membayar SPP? Hal ini bisa saja terjadi jika ada kelalaian dalam pencatatan pembayaran akademik. Dengan sistem informasi pembayaran mahasiswa, proses pembayaran bisa jauh lebih mudah. Dengan sistem SEVIMAPay dengan mitra bank, mahasiswa bisa langsung transfer dari ATM, atau pembayaran apapun tanpa harus ke loket pembayaran di kampus, dan otomatis akan tercatat oleh sistem. 4. Masalah Kesalahan data saat input KRS Pada saat pengisian KRS dan adanya kesalahan input data pada akademik, ini akan menjadi problem tersendiri untuk mahasiswa, antara waktu perbaikan, dan juga penyesuaian dengan jadwal mata kuliah lainnya. 5. Masalah Tidak Kebagian Kelas setelah KRS-an Bukan hanya permasalahan Kartu Rencana Studi KRS, tetapi masalah pada pembagian kelas setelah penentuan mata kuliah kerap terjadi, hal ini tentunya akan menghambat proses perkuliahan mahasiswa yang tidak kebagian kelas setelah masa KRS, bahkan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk masalah yang satu ini. 6. Masalah Jadwal Perkuliahan Berubah tidak Menentu Pada penerapan jadwal kuliah sering berubah-ubah, mungkin ini bisa menjadi masalah utama bagi mahasiswa, untuk itu jika pengumuman perubahan jadwal perkuliahan sudah menggunakan aplikasi perkuliah EdLink dan sudah terintegrasi dengan sistem informasi akademik pastinya jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pengumuman yang ditempel di papan pengumuman. 7. Masalah Tidak Terupdatenya Nilai Mata Kuliah Nilai mata kuliah yang keluar tidak sesuai dengan yang sebenarnya? Untuk memperbaikinya tentunya harus menunggu sampai KHS keluar, bagaimana dengan perbaikannya? Akan memakan waktu yang tidak sedikit untuk crosscek nilai satu-persatu dari sekian banyak Mahasiswa. 8. Masalah Yudisium yang Terhambat Karena Tunggakan Pustaka Proses yang seharusnya bisa selesai lebih cepat akan terhambat karena masalah peminjaman buku yang tidak tercatat dengan baik di perpustakaan kampus. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan karena human error, misalnya proses pencarian jenis buku yang dipinjam, denda yang harus dibayar, dll yang tentunya akan menghambat proses yudisium. 9. Masalah Alumni Tidak Memilki Media Penghubung Para alumni tidak memilki media penghubung dengan perguruan tinggi, sehingga setelah lulus mendapat pekerjaan ya sudah menjadi urusan alumni itu sendiri, padahal alumni juga masih menjadi tanggung jawab perguruan tinggi untuk memastikan bahwa alumninya diterima oleh industri dan juga menjaga kesesuaian pekerjaan dengan jurusan yang diambil Maka dengan adanya SIAKAD yang terintegrasi dengan Center & Tracer Study akan mampu menjadi pusat pelatihan serta media penghubung antara perguruan tinggi dengan alumninya. Tentu dengan adanya sistem ini, berbagai informasi dari alumni seperti informasi domisili alumni, dan lain sebagainya bisa di share dengan mudah kepada Instansi maupun alumni lainnya. 10. Masalah Data tidak Ada di Forlap PDDikti Sudah tidak asing lagi, bahwa saat ini Seluruh perguruan tinggi harus melaporkan data akademik ke Feeder PDDikti, agar data akademik bisa ditampikan di Forlap Dikti. Laman Forlap Dikti adalah informasi yang berasal dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi PDDikti yang merupakan kumpulan data perguruan tinggi secara nasional yang dikelola Pusat Data dan Informasi Iptek Dikti. Dengan kesamaan data yang ada di laman PDPT Dikti / Forlap Dikti, maka secara sah pengakuan atas keberadaan mahasiswa akan bisa diakui dan bisa digunakan sebagai rujukan. Solusi terbaik dalam membangun sistem yang handal memang harus mempunyai planning yang matang dan tentu juga berpartner dengan pengembang yang sudah berpengalaman dalam bidang pengembangan sistem infromasi akademik, dan mampu memahami masalah kampus dan mempunyai solusi yang tepat. siAkad Cloud adalah produk andalan SEVIMA yang telah membantu banyak perguruan tinggi dalam mempermudah pengelolaan administrasi akademik, selain itu implementasinya pun singkat dan ringkas karena kampus tidak perlu menyiapkan infrastruktur, seperti server dan lainya. Dan juga tidak perlu tambahan tim IT untuk mengelolanya, karena telah di konsep sesederhana mungkin. Anda bisa langsung melakukan permintaan demo disini Mengenal SEVIMA SEVIMA merupakan perusahaan Edutech education technology yang telah berkomitmen selama 18 tahun dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll. dengan 99% keberhasilan implementasi melalui sistem informasi siAkadCloud Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kuliah semester genap tahun akademik 2019/2020 sudah berlalu dan semester ganjil tahun akademik 2020/2021 hampir menjelang. Mahasiswa angkatan 2019 dan yang lebih senior sudah merasakan bagaimana menjalani kuliah daring online selama setengah menutup kemungkinan di semester ganjil yang mulai bulan Agustus ini, kuliah daring masih diberlakukan mengingat pandemi covid-19 masih belum sepenuhnya bisa ditangani. Beberapa kampus sudah memberikan isyarat kuliah daring masih diberlakukan sampai Desember 2020, walau dalam perkembangannya masih melihat membaiknya pembelajaran dari rumah, menuntut ketersediaan sarana penunjang yaitu smartphone atau laptop, ketersediaan jaringan internet dan tentu saja paket data, sebagai tumpuan utama. Ketiga aspek ini cukup merepotkan mahasiswa yang 'study from home' dan terkendala dengan salah satu diantaranya. Survei 121 mahasiswa yang menjadi responden di satu prodi salah satu kampus ini mungkin bisa menjadi gambaran situasi mahasiswa saat kuliah daring dari sisi aksesilibitas gawai, jaringan dan paket data. Tercatat, 4 angkatan responden yang duduk di semester 29,9%, semester 4 41,3%, semester 6 43,0% dan semester 8 5,8%. Harapan kita tentu saja, di semester ganjil tahun akademik 2020/2021 yang sudah dekat ini mahasiswa lebih siap menjalani kuliah daring. Mahasiswa bisa berkaca dari pengalamannya dan mahasiswa baru dapat memahami situasi dan menyiapkan diri lebih Penunjang Kuliah Daring Pilihan gawai untuk kuliah daring dokpri Laptop atau smartphone menjadi gawai yang 'wajib' dimiliki mahasiswa untuk dapat mengikuti perkuliahan dengan lebih nyaman. Wajib dalam tanda petik disini, bukan berarti pemaksaan, karena realitasnya beberapa mahasiswa yang saya temui memang betul-betul tidak menjadi dilema tersendiri bagi dosen saat awal pandemi, memikirkan beban mental dan psikis mahasiswa tersebut di saat situasi mendadak berubah. Beberapa mahasiswa tersebut jelas tertinggal dalam mengikuti ritme kuliah daring tiap pekannya. Jangankan membeli barang dengan harga berkisar 1 sampai 2 jutaan ke atas. Itu menjadi hal yang sangat mustahil sementara untuk kebutuhan sehari-hari terbatas dan harus digali mahasiswa menggunakan gawai berupa laptop dan smartphone dan 40,5% cukup menggunakan smartphone. Artinya 87,6% mahasiswa sudah memiliki gawai pendukung kuliah daring. Ada 12,4% mahasiswa yang mengandalkan laptop atau dan handphone klasik bisa dipastikan mengalami keterbatasan akses jika dosen membagikan materi dan tugas-tugas melalui aplikasi mobile yang menuntut gawai dengan spesifikasi lebih tinggi. Ini menjadi tuntutan mahasiswa untuk dapat mengikuti proses pembelajaran semester depan dengan baik. Tapi, sekaligus menjadi beban orang tua jika harus membeli baru, berkaca pada artikel 'Normal baru harapan baru warga' dimana 48,6% penghasilan orangtua menurun, dan 14,7% diPHK atau dirumahkan. Kepemilikan gawai untuk Kuliah Daring dokpri Mahasiswa yang bijak tentu juga menyadari keterbatasan orang tua dimasa sulit seperti ini. Untuk menyediakan UKT Uang Kuliah Tunggal di bulan Juli tentu sudah menyedot anggaran, jika ditambah anggaran untuk smartphone seharga 2 jutaan, akan menambah putaran bintang-bintang di 56,2% mahasiswa yang sudah difasilitas orang tua dengan baik. Sebelum pandemi berlangsung orang tua mereka sudah menyisihkan anggaran untuk membelikan laptop dan smartphone bagi anaknya. Yang 34,8% tetap harus bersyukur karena bisa berbagi gawai dengan saudara atau orang tua selama menjalani kuliah patut mendapat perhatian pihak universitas adalah 12,4% mahasiswa yang gawainya tidak layak dukung untuk kuliah daring. Tidak mungkin mereka harus terus menggantungkan kebaikan dan merepotkan orang lain. Pihak prodi dan fakultas harus memiliki 'student mapping' terkait aksesibilitas kuliah daring dan menyikapi dengan mendata mahasiswa yang memiliki keterbatasan tersebut. Solusinya bisa dengan berbagai alternatif tergantung situasi, misalnya yang berada di sekitar kampus, difasilitasi dengan menggunakan laboratorium komputer yang memiliki wifi. Kelayakan gawai kuliah daring dokpri Ketika 61,2% mahasiswa menyatakan fasilitas penunjang yang digunakan selama kuliah daring, cukup layak dan sangat layak, berarti 38,8% mahasiswa lainnya itulah yang perlu diperhatikan. Tinggal mekanisme teknisnya saja yang perlu situasi 'darurat pendidikan' seperti ini kampus akan lengang dengan keriuhan aktivitas pembelajaran, tetapi harus difikirkan sebelum semester ganjil 2020/2021 berlangsung terhadap kurang lebih 40% mahasiswa yang mungkin dilema mengahdapai kuliah normal baru benar-benar diterapkan disaat laju infeksi penularan dan rasio penyebaran kasus covid-19 belum juga dibawah 1, maka perkuliahan kelas normal sangat beresiko dan kuliah daring tetap dipertahankan. Harus ada pengaturan baru sesuai protokol kesehatan terkait jumlah kursi dalam ruangan serta sebaran jam perkuliahan sehingga tidak menumpuk di jam-jam tertentu. Mungkin 1 kelas reguler dipecah menjadi 2 grup yang bergilir untuk kuliah daring dan kuliah kelas menjadi satu solusi Data Mahasiswa Pilihan akses data dalam kuliah daring dokpri Paket data. Ini menjadi kendala mahasiswa selanjutnya saat kuliah daring walau sudah memiliki laptop dan smartphone canggih dan belum tentu bisa mengikuti proses pembelajaran dengan data menjadi tumpuan mahasiswa. Mayoritas 82,6% mahasiswa membeli paket data, lainnya 13,2% memanfaatkan wifi berbayar yang dirumah atau gratis. Yang anggaran terbatas 6,8% berbagi paket data diantara teman atau saudara di rumah. Sedangkan yang menggunakan paket data tetapi juga mencari wifi gratis ada 7,4%. Ini mungkin dilakukan saat paket data sudah mepet atau habis sehingga usaha lain yang dilakukan adalah mencari gratisan karena tidak ada anggaran lagi untuk membeli paket paket data yang harus dibeli ini jadi runyam karena membutuhkan anggaran tersendiri. Mahasiswa yang biasanya untuk urusan akademik bahkan urusan non akademik seperti hiburan dan media sosial mengandalkan wifi di kampus, tiba-tiba beralih ke paket data yang sangat terbatas, tentu kelimpungan. Tulisan artikel Survei mayoritas mahasiswa menganggap kuliah online itu nyebelin, bukan disebabkan karena model pembelajarannya, tetapi lebih terkait dengan bengkaknya anggaran paket data yang menyulut emosi mahasiswa dan orang tua. Gara-gara paket data, mahasiswa menjadi lebih sering menerima omelan orang tua. Penyedia fasilitas wifi untuk kuliah daring dokpri Selain mayoritas mahasiswa berurusan dengan paket data yang merepotkan, mereka juga memanfaatkan wifi gratisan. Tercatat 23,9% mengakses wifi di rumah atau kos, tidak keluar dari tempat tinggal. Rinciannya, 9,9% mahasiswa menggunakan wifi di rumah dan 14% wifi di kosan. Ada 3,3% yang beralih kemungkinan besar dari wifi kos dan berkontribusi pada 79,4% mahasiswa yang terpaksa keluar rumah atau tempat tinggal karena tidak ada paket data atau fasilitas gratisan yang dituju adalah spot wifi yang difasilitasi yayasan atau pemerintah. Tercatat ada 27,3%, mahasiswa akan bertebaran di tempat tersebut. Yang lebih unik adalah 52,1% mahasiswa mengakses wifi berasal dari tetangga di masa pandemi covid menjadi komponen yang banyak berjasa bagi mahasiswa. Entah wi-fi tetangga kos, tetangga kamar atau tetangga rumah. Bagaimana cara mahasiswa mengakses wifi tetangga menarik untuk Paket Data Jenis paket Data yang dibeli untuk kuliah daring dokpri Kita sedikit kembali pada masalah paket data yang runyam. Bisa difahami jika mayoritas 81,8% mahasiswa membeli paket data kuota bulanan dan 9,9% lainnya membeli kuota mingguan. Paket kuota bulanan lebih murah dibandingkan dengan yang mingguan atau harian. Selain itu juga efektif untuk janga waktu yang lebih panjang. Sebagian kecil mahasiswa menyiasati penggunaan paket data hanya diperlukan saat darurat, sementara wifi gratisan selama masih bisa dijangkau dan digunakan, itu lebh itu bisa terdeteksi pada beberapa jenis penugasan voice chat, di latarbelakang jawaban yang disampaikan terdengar beberapa suara yang cukup ramai mahasiswa yang lain. Artinya, kita juga memiliki dugaan, sebagian mahasiswa yang disarankan SFH tidak sepenuhnya ada di rumah atau di kost, tetapi di spot-spot wifi di luar kampus. Alasannya masuk akal, tidak ada paket data, tidak memiliki uang untuk beli paket data. Besar anggaran untuk beli paket data dokpri Berapa sih anggaran yang mahasiswa keluarkan untuk membeli paket data?77,2% mahasiswa menghabiskan uang kurang dari untuk membeli paket data. 15,7% mahasiswa antara - 6,6% mahasiswa antara - dan 0,8% diatas 1 dibayangkan, misalnya 1 bulan habis anggaran yang sebelumnya mungkin cukup untuk paket kuota bulanan, wajar orang tua ikut mengomel. Wajar mahasiswa berrgumen balik ke pihak kampus terhadap hak wifi yang tidak bisa dimanfaatkan. Sempat viral di media sosial, ada tuntutan pada berbagai kampus terkait fenomena ini. Kuliah daring yang menyedot pulsa atau paket data mahasiswa semestinya bisa dikompensasi pihak kampus karena dalam kuliah normal sudah masuk dalam rincian UKT pada item fasilitas wifi mahasiswa. Bahkan BEM Seluruh Indonesia sempat menggulirkan permintaan relaksasi biaya kuliah pada Mendikbud Nadiem Makarim. Mencakup pembebasan atau relaksasi biaya kuliah atas penerapan SFH dan tidak dapat diaksesnya berbagai fasilitas kampus, biaya pembelian paket data kuota internet sebagai pengganti perkuliahan melalui daring, dan pemberian logistik kepada mahasiswa terdampak covid yang terisolasi di sekitar kampus. AntaraNewsBanyak kampus mengkompensasi dengan berbagai cara, misalnya memberi sumbangan paket data secara langsung pada mahasiswa, ada yag dikompensasi dengan pemotongan SPP di semester berikutnya, dan lain sebagainya. Walau itu tidak sepadan dengan hak yang seharusnya diterima oleh mahasiswa sebagaimana kuliah tatapmuka dan beraktivitas di Akses E Learning yang tidak efektif Pemanfaatan paket free akses untuk kuliah daring dokpri Kuota 30 GB free akses elearning untuk 130 PT dari Telkomsel , atau 30GB kuota Edukasi Indosat Ooredo untuk akses platform elearning dan situs resmi dari universitas, atau paket Ilmupedia untuk mengakses Quipper, Zenius, dan lain-lain ternyata tidak banyak membantu mahasiswa dalam masalah paket mahasiswa memilih tidak bisa digunakan untuk menyatakan bahwa paket tersebut tidak bermanfaat secara langsung dengan model pembelajaran yang diterapkan di kampus atau lebih spesifik metode situs resmi kampus dan bahkan elearning kampus bukan web yang dimanfaatkan langsung oleh dosen untuk berinteraksi dengan mahasiswa. Yang dominan digunakan adalah google classroom, zoom, WA bahkan youtube yang tidak masuk dalam paket free mengatakan sedikit membantu 31,4% adalah mahasiswa yang sedang beruntung beberapa dosennya menggunakan platform elearning kampus, atau merasakan manfaat saat mencari referensi dari platform atau situs semacam Quipper. Yang merasakan manfaat kurang dari 10%.Ada yang harus dibenahi dari dua sisi, yaitu dari sisi kampus untuk mengarahkan seluruh dosennya memanfaatkan elearning kampus untuk kuliah daring. Membagi materi dan pembahasan pendalaman baik berupa PDF, voice chat dan video di elearning. Bukan sekedar link yang ujung-ujungnya mahasiswa akan mengakses aplikasi yang menyedot pulsa kembali. Resikonya adalah server elearning kampus terbebani. Itu menjadi tugas pengelola IT elearning untuk memaintenance supaya keberlangsungan elearning juga tetap Di Balik Kuliah Daring ?Kuliah daring akan terhambat juga karena keterbatasan dan ketersediaan sinyal provider. Untuk mahasiswa yang domisili rumahnya di daerah tidak terjangkau sinyal internet, berarti harus mengungsi ke daerah yang bisa menangkap data internet. Secara umum layanan internet yang umumnya adalah telkomsel dan indosat memadai. 32,2% mahasiswa mengatakan lambat tetapi masih memadai. Hanya 8,3% yang menyatakan sangat lambat dan cukup ini akan juga dipengaruhi oleh aplikasi yang dipakai kuliah daring oleh dosen. Jika berbasis teks atau video pembelajaran, walau lambat masih bisa didowload dan dipelajari. Tetapi jika pembelajaran berbasis streaming, ini menjadi problema besar. Media kuliah daring menyedot pulsa dokpri Hal ini dijawab sendiri oleh mahasiswa jenis media yang menyedot banyak paket data, 69,4% adalah perkuliahan streaming. Berikutnya adalah link download video pembelajaran. Sementara untuk bowsing referensi dan menjalankan aplikasi berbasis chat sama-sama dipilih oleh 18,2% sebagai aplikasi penyedot paket aplikasi dan metode untuk menyampaikan materi pembelajaran turut menentukan keberlangsungan mahasiswa di dalam perkuliahan. Karena jika paket data boros, peluang seorang mahasiswa mengikuti perkuliahan secara ajeg dan konsisten akan semakin menipis. Logika sederhananya begitu, walau perlu survei lebih lanjut. Hal ini juga menjadi masukan dan pertimbangan-pertimbangan para dosen, saat mempersiapkan kuliah daring pada semester ganjil 2020/2021. Paket data membebani mahasiswa dokpri Nyatanya urusan paket data memang membebani mahasiswa, walaupun 55,4% mahasiswa menyatakan sedikit membebani, tetapi 36,4% yang menyatakan sangat membebani perlu mendapat perhatian mahasiswa yang menyatakan tidak membebani dengan alasan konversi anggaran transportasi dan tidak ada bedanya sebelum kuliah daring, berarti mereka mampu dan memiliki previlege. Menyiasati anggaran paket data mahasiswa dokpri Konsekuensi logis mahasiswa saat paket data membebani anggaran adalah 60,3% meminta tambahan pada orang tua. Sangat wajar kemudian orang tua ngomel. Yang miris adalah, seorang mahasiswa yang bapaknya seorang dosen, ternyata diomeli juga saat meminta paket data yang habis untuk kuliah daring. Ini anomali yang sungguh terjadi. Ini perlu mendapat jawaban yang dosen kurang mempertimbangkan pilihan aplikasi dan metodenya saat kuliah daring, adalah salah satu masalah yang harus mendapat perhatian serius jika kuliah daring semester ganjil 2020/2021 awal Agustus nanti diterapkan sampai pilihan 35,5% mahasiswa untuk mengurangi anggaran makan dipangkas untuk keperluan paket data. Lama-lama mahasiswa yang sudah hdup pas-pasan, makin kurus, makin tidak sehat dan menjadi generasi yang hilang dalam peradaban. Semoga corner120520Survei dilakukan pada mahasiswa di salah satu prodi Universitas Nusa Cendana, Kupang NTT. 1 2 3 4 5 Lihat Pendidikan Selengkapnya

masalah mahasiswa dan solusinya